Politeknik Bhakti Semesta (POLIBEST) kembali mengembangkan dirinya untuk menjadi lebih baik dan berkembang. Sebagai kampus vokasi, POLIBEST selalu diperhadapkan dengan kebutuhan kokret seperti infrastruktur dan fasilitas untuk mendukung proses belajar mengajar. Namun kali ini unit Bidang Admisi & Akademik (BAA) POLIBEST berusaha memenuhi kebutuhan abstrak dalam proses belajar mengajar, yakni paradigma pendidikan. BAA menyadari bahwa untuk meningkatkan pemahaman yang jelas para dosen selama berinteraksi dengan mahasiswa dalam kelas, maka dibutuhkan paradigma pendidikan yang tepat. Selama ini para dosen mengajar berdasarkan kebiasaan yang diperoleh dari tempat berkuliah dulu. Hal ini membuat mahasiswa tampak tidak memahami arah dan cara pandang pendidikan di kampus vokasi, karena para dosen menerapkan strategi yang berbeda-beda. Untuk itu diharapkan dengan memiliki paradigma pendidikan yang baik, maka pengelolaan pendidikan akan lebih optimal.
Unit bidang BAA POLIBEST menyelenggarakan pendidikan dan latihan (Diklat) “Paradigma Pendidikan” kepada para dosen POLIBEST pada Jumat, 24 Januari 2025. Diklat ini diikuti oleh dosen-dosen dari ketiga program studi yang ada di POLIBEST. Penyelenggaraan Diklat dimulai sejak pukul 10.30 WIB hingga 16.30 WIB di ruang rapat POLIBEST.
Neil S. Rupidara, SE., M.Sc, PhD selaku Direktur POLIBEST membuka DIklat, dan dalam sambutannya mengharapkan dengan adanya kegiatan ini para dosen mampu memahami serta menerapkan paradigma yang tepat dalam proses belajar mengajar sebagai bagian dari kampus vokasi POLIBEST.
Diklat dibuka dengan materi “Penerapan paradigma behaviourism dan cognitivism secara kontekstual dan inovatif.” Bias Galih Prasadhya, S.Pd, M.M sebagai pemateri menjelaskan tentang perbedaan dan bentuk dari paradigma perilaku dan kognitif dalam pendidikan. Teori Pavlov atau lebih dikenal dengan clasical conditioning menjadi amatan menarik oleh para peserta dalam diskusi. Para peserta berbagi pengalaman interaksi dalam kelas terkait dengan paradigma ini.
Pada sessi berikutnya Ricky Arnold Nggili, S.Si.,M.M memaparkan materi tentang “Penerapan paradigma cognitive constructivism & social construtivism secara konstekstual dan inovatif.” pemateri fokus pada dua filsuf pencetus paradigma ini yakni cognitive construtivism oleh Jean Piaget dan social construtivism oleh Lev Vygotsky. Konsep-konsep yang digunakan dalam kedua paradigma ini dipaparkan untuk memperkaya peserta. Para peserta aktif berdiskusi dan berpendapat dalam sessi untuk melihat proses pembelajaran di POLIBEST dan pada umumnya di Indonesia. Contoh dari beberapa kampus lain dipaparkan dalam diskusi untuk memperkaya sudut pandang.
Setelah istirahat dan makan siang, sessi dilanjutkan dengan sessi terakhir.
Sessi terakhir diisi oleh Albert Josua P. Maliogha, MTS dengan materi “Penerapan paradigma humanism dan transformative education secara kontekstual dan inovatif.” Pemateri memaparkan bahwa kedua paradigma ini menekankan pada tujuan belajar. Paradigma humanisme menekankan bahwa pembelajaran harus menyatu dengan dalam proses belajar. Ia harus merasakan langsung dan menjadi bagian aktif dalam pembelajaran. Penekanan pada tujuan hidup dan perlakuan sebagai manusia merupakan inti dari paradigma humanis. Sedangkan paradigma transformatif berangkat dari pemikiran Paulo Freire, yang menekankan bahwa pendidikan memiliki tujuan untuk mengubah masyarakat untuk menjadi lebih baik dan berkeadilan. Pendidikan harus membebaskan masyarakat dari penindasan. Pemateri dan peserta terlibat dalam diskusi untuk mengaitkan paradigma ini dengan kebutuhan perubahan dalam masyarakat.
Para peserta Diklat antusias dengan materi yang diberikan oleh para pemateri. Diskusi tidak hanya terjadi dalam kelas, tapi juga saat istirahat di luar kelas. Para peserta menyadari bahwa hal ini sangat penting untuk memposisikan arah pendidikan khususnya di Perguruan Tinggi vokasi. Karena dengan arah yang jelas, maka para dosen akan mengajar dengan arah paradigma yang tepat.
Diklat ditutup dengan foto bersama dan doa oleh salah seorang peserta.



