Desa Batur merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis, desa ini berada di kawasan lereng Gunung Merbabu, dengan ketinggian wilayah sekitar 1.200–1.400 meter di atas permukaan laut (MDPL). Posisi geografis tersebut menjadikan Desa Batur memiliki udara yang sejuk dan tanah yang subur, sehingga mendukung potensi ekonomi di sektor pertanian, peternak dan pariwisata.
Mayoritas penduduk Desa Batur bekerja sebagai petani dan peternak. Komoditas utama yang dihasilkan dari sektor pertanian meliputi sayuran, buah-buahan, dan tanaman hortikultura lainnya. Desa ini dikenal sebagai salah satu pemasok sayuran ke pasar-pasar di Kabupaten Semarang dan daerah sekitarnya, bahkan hingga ke luar provinsi. Selain pertanian, peternakan sapi perah juga berkembang pesat di desa ini, yang menghasilkan produk susu segar berkualitas tinggi. Hal ini menjadikan Desa Batur sebagai salah satu sentra produksi susu di Jawa Tengah.
Desa Batur juga di bekali dengan modal sosial yang kuat. Menurut Fukuyama (2002), modal sosial adalah norma atau nilai bersama yang mendorong kerjasama sosial, yang tercermin dalam bentuk kepercayaan dan jaringan sosial. Solidaritas masih tampak terpelihara dalam aktivitas sehari-hari masyarakat, misalnya kegiatan-kegiatan gotong royong dalam bentuk membersihkan lingkungan, membangun fasilitas umum, atau memperbaiki jalan. Harmonisasi sikap kekeluargaan juga masih terjaga, sehingga mempermudah penyelesaian konflik dan mendukung interaksi sosial antarwarga. Berikutnya landasan nilai-nilai keagamaan dan adat istiadat juga mempererat hubungan antarwarga. Nilai-nilai tersebut diwariskan dalam berbagai bentuk kegiatan di rumah ibadah maupun di lingkungan rumah warga. Desa Batur juga memiliki jaringan sosial yang baik, seperti adanya kelompok tani yang memungkinkan warga saling berbagi pengetahuan tentang teknik bertani, distribusi hasil panen, atau memanfaatkan subsidi pemerintah. Selain itu di Desa Batur juga ada pasar lokal menjadi ruang interaksi antara warga untuk berdagang hasil pertanian dan peternakan, dan menciptakan kepercayaan dalam transaksi ekonomi.
Permasalahan yang paling utama dihadapi oleh masyarakat di Desa Batur, kecamatan Getasan, kabupaten semarang adalah penurunan minat generasi muda untuk berkecimpung langsung di dunia pertanian. Bebeberapa pemuda desa berpendapat bahwa mereka lebih memilih untuk mencari pekerjaan di sektor non-pertanian, padahal sebagian besar warga memiliki lahan pertanian. Menurut Sugiyono, ketua paguyuban tani Bumi Madani di desa Batur, hal ini dikarenakan lahan yang dimiliki hanya cukup diolah oleh orang tuanya saja. Oleh karena itu, pembagian tugas dalam mencukupi kebutuhan dilakukan oleh anaknya dengan cara bekerja di sektor non-pertanian, usaha ini dilakukan untuk mendukung ekonomi keluarga.
Melihat masalah tersebut, maka perlu dilakukan upaya penyadaran kepada generasi muda di Desa Batur untuk mengelolah lahan untuk memberikan peluang menjadi sukses di masa depan. Penyadaran ini dapat dilakukan dengan publikasi atau promosi profesi petani sebagai peluang pekerjaan yang menyenangkan dan menguntungkan secara finansial. Publikasi dan promosi dapat dilakukan dengan melakukan branding terhadap profesi petani sebagai profesi yang strategis dalam menjaga ketahanan pangan dan ekonomi. Branding terhadap profesi menurut Hermawan Kartajaya (2010) adalah bagian dari personal branding yang melibatkan kombinasi positioning diri, keahlian unik, dan konsistensi perilaku. Hal ini sering ia kaitkan dengan profesionalisme di dunia pekerjaan. Dalam melakukan branding terhadap profesi perlu memperhatikan brand identity. Brand identity atau identitas brand ialah sebagai nilai-nilai yang merepresentasikan si pemilik brand sehingga hal inilah yang akan menjadi pembeda antara ia dengan lainnya atau terdapat identitas khusus yang membedakan ia dengan orang lainnya (Kapferer, 2004).
Penyebab penurunan minat pemuda untuk bertani
Menurut Kepala Seksi di Pemerintahan Desa Batur, rata-rata anak muda yang baru lulus dari pendidikan sekolah menengah kejuruan memilih untuk bekerja di pabrik area kota Salatiga. Menurutnya, para pemuda memilih untuk mencari pendapatan tetap, tanpa menunggu hasil keuntungan saat masa panen. Hal ini terjadi karena pemuda memilih pekerjaan yang mendapatkan penghasilan bulanan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membantu keluarga. Pemuda lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dari sektor non-pertanian.
Ketidakpastian dan resiko gagal panen juga berpengaruh kepada penurunan minat generasi muda menekuni profesi petani, karena mereka melihat profesi ini memiliki resiko yang besar. Gagal panen yang disebabkan oleh cuaca yang buruk adalah risiko utama yang dihadapi oleh para petani dan memberikan dampak yang signifikan secara ekonomi. “Risiko kalau gagal, ya hilang semua to mbak. Soalnya ini main, kalah ya hilang semua,” ucap Rumsiyah (13/11/2024).
Hal ini sejalan dengan Ningtyas (2019), bahwa yang mempengaruhi minat pemuda tani adalah dorongan batin, motivasi sosial, dan faktor emosional serta faktor daya tarik ekonomi dan ketersediaan pasar. Jika pemuda tidak didorong dan didukung, maka tidak ada motivasi baginya untuk terjun di dunia pertanian.
Branding profesi petani untuk meningkatkan minat pemuda
Media sosial berkembang sangat pesat pada era digital seperti saat ini. Dengan adanya internet, memungkinkan masyarakat dapat memperoleh, mengelola, dan menyebarkan informasi dengan mudah. Karena masyarakat telah terhubung pada suatu jaringan tertentu dapat mengakses internet kapan pun dan dimanapun. Terlebih saat ini, media sosial telah digunakan oleh sebagian besar anak muda sebagai media informatif, edukatif dan hiburan. Bahkan terjadi juga pergeseran, dimana anak muda dapat dengan mudah membagikan segala kegiatan mereka yang bersifat pribadi untuk disampaikan ke pengguna lain melalui media sosial. Hal tersebut merupakan cara anak muda saat ini membentuk identitas diri mereka (Afriluyanto, 2018).
Salah satu media sosial yang saat ini banyak digunakan adalah Instagram. Instagram merupakan media sosial yang dapat mengunggah foto, membuat feeds, mengunggah Instastory, menggunakan filter pada foto, dan juga terdapat like dan followers yang dapat mempengaruhi presentasi diri (Setiawan & Audie, 2020). Dengan adanya fitur-fitur yang dimiliki Instagram tersebut, maka dengan Instagram seseorang dapat melakukan personal branding (Afriluyanto, 2018). Semakin banyak masyarakat yang menggunakan Instgram, akan semakin banyak pula audiens atau khalayak yang menerapkan ataupun mengamati branding profesi yang dilakukan.
Dalam branding profesi petani menggunakan media sosial Instagram. Ada tujuh strategi spesifik yang digunakan.
Pertama, mengoptimalkan prrofil Instagram untuk menarik perhatian audiens, yakni menggunakan username @batur.villagee, lalu menggunakan logo sederhana pada foto profil yang mencerminkan identitas petani di desa Batur, dan menyertakan tiga sektor unggulan yaitu hortikultura, sapi perah dan wisata esa pada bio instagram. Serta menyertakan link google maps dan lagu rumah kita yang dinyanyikan oleh group band God Bless.
Kedua, fokus pada konten visual, yakni foto, gambar dan video misalnya foto Hasil panen segar (sayuran dan buah) di ladang dengan komposisi menarik. Aktivitas sehari-hari (menanam, menyiram, memanen). Foto petani yang sedang bekerja di ladang (pakaian khas petani untuk menunjukkan identitas). Serta keindahan alam sekitar ladang.
Ketiga, menggunakan fitur Instagram Reels untuk mengedukasi secara cepat. Membuat konten behind the scenes dalam video 15–60 detik. Serta Storytelling untuk menceritakan kisah inspiratif tentang profesi Petani, tentang tantangan, dan keberhasilan dalam bertani.
Keempat, menggunakan stories untuk konten yang lebih kasual dan interaktif. Misalnya mengunggah momen sederhana di ladang setiap hari. Membuka sesi tanya jawab seputar pertanian (QnA). Lalu melakukan edukasi kepada audiens dengan pertanyaan menarik (polls atau quiz). Serta mempromosikan produk pertanian (countdown). Kelima, menggunakan caption menarik dan edukatif yang menceritakan isi foto atau video dengan gaya santai tapi informatif yakni, caption Inspiratif misalnya, generasi muda adalah kunci untuk mengubah wajah pertanian! dan caption edukasi misalnya, pertanian holtikultura bukan hanya tentang menghasilkan makanan, tetapi juga tentang menjaga keseimbangan ekosistem dan mendukung perekonomian lokal.
Kelima, memanfaatkan Hashtag yang Tepat, yakni hashtag populer misalya, #petanimuda #petanimodern #bertaniitukeren #urbanfarming #dariladangkemeja, hashtag edukasi misalnya, #tipsbertani #belajarbertani #pertanianberkelanjutan dan lokasi spesifik misalnya, #petanidesa #petanijawa #petaniindonesia.
Keenam, membuat Jadwal Posting minimal empat kali dalam seminggu. Senin misalnya, Edukasi bertani (Reels). Rabu, cerita inspiratif atau kisah perjuangan di ladang. Jumat, Hasil panen atau video aktivitas di kebun. Minggu, interaksi di stories (Q&A, polling).
Ketujuh, melakukan promosi dan Iklan Berbayar. Salah satu jenis iklan berbayar yang dilakukan ialah Reels Ads yaitu mengiklankan konten reels tentang aktivitas warga yang sedang bertani dan melakukan proses perah susu sapi ternak.
Dampak branding profesi petani terhadap minat pemuda
Untuk mengukur implikasi branding profesi petani terhadap minat pemuda di postingan Instagram @batur.village maka dilakukan analisis secara bertahap. Ada tiga tahap analisis yang dilakukan.
Pertama, melakukan analisis kuantitas yaitu menghitung jumlah komentar untuk mengukur tingkat keterlibatan audiens. Namun, sebelum itu telah di pastikan komentar yang relevan dengan konten.
Kedua, mengkategorikan komentar berdasarkan tiga bagian yakni, komentar positif yaitu komentar yang dinilai memiliki persepsi positif dan relevan dengan konten. Komentar netral yaitu komentar yang dinilai tidak memiliki persepsi dan tidak relevan dengan konten. Sedangkan komentar negatif yaitu komentar yang dinilai memiliki persepsi negatif dan tidak relevan dengan konten.
Ketiga, melakukan analisis kualitas komentar yaitu menghitung persentase komentar positif dengan menggunakan analisis manual untuk menghitung proporsi komentar positif. Hasilnya akan didasarkan pada keterangan.
Menghitung presentase Komentar Positif
Total Komentar : 11
Jumlah Komentar positif : 10
Jumlah Komentar Netral : 1
Jumlah Komentar Negatif : 0
Rumus: Persentase Positif = (Total Komentar/Jumlah Komentar Positif) ×100
Presentase Positif = (11/10) x 100
Presentase Positif = 90, 9 %
Keterangan
· Persentase komentar positif > 70%, branding dapat dianggap efektif dalam menciptakan dampak positif.
· Jika banyak komentar netral, mungkin kontennya kurang menarik atau tidak mengundang diskusi.
· Jika banyak komentar negatif, evaluasi konten untuk mengidentifikasi elemen yang perlu diperbaiki.
Hasil perhitungan berdasarkan 11 jumlah komentar, menunjukan bahwa presentase komentar positif mencapai 90,9% melebihi presentase 70% yang dapat diartikan bawah branding profesi petani dianggap efektif dalam menciptakan dampak postif bagi audiens muda di Instagram. Sementara itu, presentase komentar netral hanya 0,091% yang mengangap bahwa kontennya kurang menarik atau tidak mengundang diskusi. Lalu, tidak ada komentar negatif yang berarti, evaluasi konten tidak perlu diperbaiki hanya perlu penambahan intensitas konten.
Jika berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Branding Profesi Petani memiliki dampak terhadap minat pemuda melalui tingginya presentase komentar positif. Hal tersebut, menunjukan sikap positif anak muda terhadap profesi petani. Maka intensitas branding profesi petani perlu ditingkatkan dan dikelola secara profesional agar dapat menjangkau lebih banyak audiens muda dan berdampak secara langsung pada sikap dan tindakan anak muda dan untuk menggeluti dunia pertanian.
(Tulisan ini sudah dipublikasikan oleh Frainto Julian Kalumata, mahasiswa Progdi Bisnis Digital POLIBEST, di medium.com)
Link: https://medium.com/@kalumatafrento/branding-identitas-untuk-menjaga-profesi-petani-20160c1f1b7c